Terpikat oleh detik waktu yang terus bebas berdetak
aku terus berjalan dengan mauku
bukan mau-Mu
Kadangkala aku merasa kosong
halnya sebuah teko yang tak pernah terisi oleh air
kering.
pernah aku terpikir untuk mengharap-Mu
salah,
bukan pernah
tapi sering
namun, itu hanya simpanku saja
tak ku ungkap dengan lakuku
pun aku pernah rindu,
tapi aku takut menatap-Mu bila bertemu
entah...
kini aku telah menemukan secercah potongan cermin
dan cermin itu masih harus kucari bagian lainnya yang masih hilang
untuk melengkapi cintaku
pada-Mu...
aku terus berjalan dengan mauku
bukan mau-Mu
Kadangkala aku merasa kosong
halnya sebuah teko yang tak pernah terisi oleh air
kering.
pernah aku terpikir untuk mengharap-Mu
salah,
bukan pernah
tapi sering
namun, itu hanya simpanku saja
tak ku ungkap dengan lakuku
pun aku pernah rindu,
tapi aku takut menatap-Mu bila bertemu
entah...
kini aku telah menemukan secercah potongan cermin
dan cermin itu masih harus kucari bagian lainnya yang masih hilang
untuk melengkapi cintaku
pada-Mu...
subhanallah lizaa. nggak pernah gue kepikir bisa ngerangkai kata kayak gini.
ReplyDeleteoke, kalo cuma ngerangkai kata mungkin gampang. yang susah adalah ketika kita mencoba 'menyembunyikan' maksud tulisan kita. karena, menurut gue, puisi yang bagus tuh yang bias. yang bisa berarti macemacem. yang multitafsir.
mantap lah pokoknya. teruslah berkarya anak muda!
ciao.
haha..dika bisa aja.
ReplyDeletemungkin tulisan ini dikategorikan sebagai tulisan absurd kali ya.
makasih ya sudah membaca dan mengkomen :D